Konservasi Arsitektur
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setu Babakan
atau Danau Babakan terletak di
Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, Indonesia.
Terletak di dekat Depok yang berfungsi sebagai pusat Perkampungan Suku Betawi,
suatu area yang diperuntukkan untuk pelestarian warisan budaya Jakarta,
yaitu budaya asli Betawi. Situ Babakan merupakan danau buatan dengan area 30
hektar (79 akre) dengan kedalaman 1-5 meter dimana airnya berasal dari Sungai
Ciliwung dan saat ini digunakan sebagai tempat wisata alternatif,
bagi warga dan para pengunjung. Taman disekitarnya ditanami dengan beragam
pohon buah-buahan yaitu Mangga, Palem, Melinjo, Rambutan, Jambu, Pandan,
Kecapi, Jamblang, Krendang, Guni, Nangka Cimpedak, Nam-nam, dan Jengkol.
Mayoritas penduduk di Setu Babakan adalah Betawi, dengan program dari
pemda DKI untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada untuk mengakomodasi
kebutuhan ruang terbuka hijau, serta area untuk resapan air, setu babakan
berbenah diri dengan dukungan penuh dari pemda DKI. Fungsi dari Setu ini
bukan hanya untuk tempat melestarikan kebudayaan betawi yang makin tergerus
oleh jaman, tapi digunakan juga sebagai tempat alternatif rekreasi yang
berlokasi di selatan jakarta. selain fungsi utamanya sebagai penampung air
resapan untuk selatan jakarta.
Penetapan Setu-Babakan
sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun
1996. Sebelum itu, Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan
kawasan Condet, Jakarta Timur, sebagai Cagar Budaya Betawi, namun urung
(batal) dilakukan karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin
luntur dari nuansa budaya Betawi-nya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI
Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah
direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah
perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi.
1.2
Permasalahan
Di
kawasan setubabakan, terdapat beberapa bangunan yang digunakan untuk memenuhi
fungsi utama dalam pembentukan pelestarian kawasan perkampungan budaya betawi. Bangunan tersebut dibuat dengan
bertujuan dapat mengenalkan budaya betawi ke masyarakat umum yang ingin
mngetehaui budaya betawi itu sendiri ada berbagai macam ragam dan ciri
ke-aktifitasannya. Namun, kenyataannya adalah, kawasan hunian tersebut tidak
ada pendekatan budaya betawi dari segi bangunan dan tata ruangnya, dan kondisi
dalam tapak yang diolah terlihat hanya kawasan cagar bangunan saja yang
mengikuti morfologi budaya betawi.
1.3 Telaah Pustaka
Judul : Identifikasi
Pola Permukiman Tradisional Kampung
Budaya
Betawi Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota
Administrasi Jakarta Selatan,
Provinsi DKI Jakarta
Jurnal :
Jurnal
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Penulis :
Muhammad
Syaiful Moechtar, Sang Made Sarwadana, Cokorda Gede Alit Semarajaya
Pembahasan :
Identifikasi polah tingkah laku warga betawi di setubabakan
Lokasi :
setubabakan, Jakarta
Permasalahan :
Warga Setubabakan yang terebar luas
Metode :
Observasi
Teori :
Kevin Lynch
Hasil :
Penataan Ruang Setubabakan
5:10 PM
|
Labels:
ARCH,
Konvervasi
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment