Awal Kemunculan Gandrung Banyuwangi (Manusia dan Kebudayaan)
Penari Gandrung (Wikipedia) |
Dikisahkan pada jaman dahulu sekitar tahun 1767,terjadilah
sebuah perang besar besaran yang melibatkan kompeni Belanda dengan di backup
oleh prajurit Mataram dan Madura yang menyerang dan meluluhlantakan Belambangan
yang di pimpin oleh magwi. Dari perang yang cukup keji dan sadis
tersebut,menyisakan sekitar lima ribuan masyarakan Belambangan dengan beberapa
penduduk pribumi. Perang tersebut berakhir pada 11 oktober 1772. Prajurit dan
masyarakat pribumi yang tersisa kemudian tercerai berai,berhamburan dan
kemudian menungsi di sekitar hutan,gunung atau tempat tempat terpencil lainnya.(Kilas Sumber Ayu)
Tarian yang diiringi dengan musik ini
dimainkan oleh seorang wanita penari profesional yang menari bersama tamu,
terutama pria secara berpasangan. Iringan musik tadi merupakan khas perpaduan
budaya Jawa dan Bali. Sementara peralatan musik pengiringnya terdiri dari gong,
kluncing, biola, kendhang, dan sepasang kethuk. Kadang-kadang diselingi dengan
saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi
electone.Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan,
pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi
lainnya, baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan,
pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga
menjelang subuh. Pertama kalinya yang
melakukan tarian gandrung adalah para lelaki, yang didandani seperti perempuan.
Instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung ini adalah kendang. Saat itu,
biola telah digunakan. Gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari
Banyuwangi sekitar tahun 1890-an. Diduga lenyap karena ajaran Islam melarang
lelaki berdandan seperti perempuan. Sebenarnya, tari gandrung laki-laki
benar-benar lenyap tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni
Marsan. (Kebudayaan Indonesia)
Nilai-nilai yang
terkandung dalam sejarah kesenian gandrung antara lain:
- Manusia dan Kebudayaan
Kegiatan yang
berlangsung secara terus menerus dari zaman dahulu hingga saat ini. Seperti tarian
Gandrung yang masih dilakukan hingga saat ini semenjak tahun 1772
- Manusia dan Penderitaan
Kesenian ini
muncul bersamaan dengan dibabadnya hutan “Tirtagondo” untuk membangun ibu kota
Balambangan pengganti Pangpang yang diporak porandakan oleh kaum kompeni
belanda
3:42 AM
|
Labels:
IBD
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment